Selasa, 03 Mei 2016

Saya ternyata "BERSEBERANGAN" dengan FAHRI HAMZAH

(Sebuah Catatan Silaturahmi)



Ini sekedar sebuah cerita ringan. Lebih tertuju kepada kalangan kader PKS, 'wa bil khusus', kepada para  elit PKS yang pada saat ini terkesan sedang "ngotot" berupaya ingin - konon ini keputusan hasil syuro' ('ijtihadiyah-jama'iyah') -  "merampas" kursi empuk jabatan Wakil Ketua DPR RI yang sampai dengan hari ini secara faktual dan legal masih diduduki oleh saudara Fahri Hamzah (FH).

Entah berapa lama sudah saya tak pernah bersilaturahmi dengan FH, sejak dia sibuk menjadi wakil rakyat.Seingat saya, pada suatu hari yang saya tak ingat persisnya kapan, secara tak sengaja kami berjumpa di depan musholla Mal Pacific Place. Waktu itu, FH sedang berjalan  keluar dari musholla seusai  sholat maghrib bersama Andy Rachmat, sedangkan saya baru mau masuk musholla. Itulah terakhir kali perjumpaan fisik saya dengan FH, sejauh ingatan saya. Barangkali itu sekitar akhir tahun 2011. Ketika itu, tentu saja kami saling bertegur sapa, melepas kerinduan selayaknya sesama saudara, berupaya memanfaatkan waktu berharga pada momen itu.

Masih saya ingat, tak seberapa lama setelah berjabat tangan dengan santai dan berkelakar saya mencoba "mengganggu" dia dengan langsung mengajak dia untuk bicara topik KPK. Soalnya, kebetulan memang pada saat itu salah satu tren kabar berita politik dalam negeri yang dilansir koran-koran nasional adalah kontroversi statemen mengejutkan dari dia, sebagai salah seorang kader PKS di komisi 3 DPR, yang mengusulkan agar KPK dibubarkan saja! Saya memang selalu ikuti gerak-gerik FH sebagai figur politik publik. Dan, karena selama pergaulan saya merasa cukup mengenal kualitas isi pikiran dan tindakannya, yang kontroversial bagi orang2 lain dari ucapan dan tindakannya terkait dengan KPK itu, bagi diri saya sama sekali tidak! Gagasannya untuk membubarkan KPK itu, bagi saya sesuatu yang "biasa2 saja". Sebab memang saya terlebih dahulu sudah faham, kira2 bagaimana otak FH bekerja.Sejak pertama kali mengenalnya, harus saya akui, FH itu cerdas luar biasa. Dan kecerdasannya itu - berpadu dengan karakternya yang selalu berani bicara kritis, spontan, dan "apa adanya" ditambah dengan 'style' ngomongnya yang kadang suka meletup-letup penuh semangat, sarat metafor - kemudian Allah pergumulkan dengan nasib beramal di jalur politik, maka jadilah FH seorang tokoh muda politik yang amat sangat menarik perhatian publik. Sehingga sungguh saya sama sekali tak heran jika apapun yang wartawan tulis dan 'blow-up' tentang sepak terjangnya..., itulah kira-kira sikap aslinya. Saya bisa segera faham kira-kira "apa" yang ada dalam ruang pikirnya, selaku seorang politisi pejuang bangsa, mengenai soal KPK itu. ImsyaAllah, saya mampu menangkap inti pikiran kritis FH, saya tau dan faham idealitas apa yang hendak diperjuangkannya.  Pada awal tahun 2005, pada kali pertama FH masuk ke Senayan, saya sempat bersilaturahim dan berbincang khusus berdua di Hotel Four Season seusai sholat Jum'at bersama. Seusai ngobrol sambil makan siang yang mengesankan pada waktu itu, segera saya berguman dalam hati, "pemuda proklamator KAMMI ini calon tokoh politik besar republik!". Kepada beberapa kader PKS saya sempat panjang lebar ngomong mengenai "ramalan" itu. Namun belum ada satupun yang tertarik apalagi percaya.

Jadi bisa bersilaturahim di ruang kerjanya yang gagah di Senayan hari Sabtu seminggu yang lalu sebutlah sebagai perjumpaan rindu setelah hampir 5 (lima)  tahun tak bertemu. Alhamdulillah, senang hati rasanya. Kelangkaan yg lebih karena saya maklum dia niscaya sibuk, dan lagipula kami tetap sesekali menyempatkan diri, disela-sela sempitnya waktu, bersilaturahim lewat WA saja. Bagi saya, silaturahim ini menjadi terasa istimewa juga sebab kami sesungguhnya membincangkan tema2 besar seputar negara, rakyat, umat Islam, hukum, politik dan demokrasi. Lebih dari satu jam, saya bisa menggali isi pikirannya yang paling mutakhir pada tema-tema besar itu secara mudah karena 'entry point'-nya memang sudah ada: kasus konfliknya dengan para tokoh elit PKS itu. Maka mengalirlah dengan lancar diskusi kami dari situ...



 

Blogger news

Blogroll

QUOTE FOR TODAY

"Tuhan menciptakan bangsa untuk maju melawan kebohongan elit atas, hanya bangsanya sendiri yang mampu merubah nasib negerinya sendiri." “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” [Bung Karno, Pidato HUT Proklamasi, 1964]