Sabtu, 13 Agustus 2016

TAAT AZAS, UTUH, TERATUR dan DISIPLIN dalam MEMAHAMI ISLAM

Ini sekedar sebuah catatan ringan yang saya tulis seusai Jum'atan:


Sekitar pukul 11.35 saya tiba di PA Jakpus, demi menemani dan mengikuti seorang klien dalam suatu acara sidang novum yang telah dijadualkan oleh panitera pengadilan, Jum'at tanggal 12 Agustus 2016, mulai pukul 13.00 WIB.
Setelah mengkonfirmasi kehadiran kpd petugas ybs, saya dan seorang teman lawyer - yang sepanjang perjalanan dari kantor kami tadi asik mendiskusikan progress kasus (persidangan)  pembunuhan berencana terdakwa J terhadap korban M  - bergegas menuju masjid untuk sholat Jum'at.
Kami harus menempuh jarak sekitar 300 meter sebelum tiba di masjid jami' yang berlokasi di daerah Rawasari itu.

Nama masjid itu bagus dan berkesan buat saya: "An-Nizham", yang dalam bahasa Indonesia saya coba artikan dan maknai secara luas mengikuti sebutan kata bertuah aslinya dalam bahasa Arab itu.

An-Nizham berarti taat azas, teratur, dan disiplin.
Seketika masuk ke halaman masjid yang berarsitektur sederhana namun cukup indah itu, sambil terus melangkahkan kaki menuju gerbang utama masjid pikiran saya langsung menerawang cepat: "sekiranya ummat Islam bisa bersikap taat azas, teratur dan disiplin dalam menganut agama Allah yang mulia ini, pastilah mereka benar2 akan menjadi ummat terbaik yang hadir di tengah masyarakat Indonesia bahkan dunia!".

"Kuntum khairu ummatin ukhrujat linnaas..", seru Allah Swt dalam sebuah ayat dalam surah Ali Imran.

Saya sempatkan menatap lekat-lekat wujud bangunan  yang cukup megah ini ketika menaiki tangga utama menuju pintu masuk masjid. Ada 3 pintu masuk membentang gagah serasa menyambut ramah para jamaah yang berduyun-duyun menghampiri.
Saya cermati dengan cepat, di bagian atas kusen pintu masuk sisi  paling kiri dimana saya sedang dengan penuh semangat menapaki tangga2 naiknya tertulis: "al-qolbun salim". Saya lirikan mata dengan tangkas ke arah sisi kanan, terbaca "ash-shalihat". Saya geser sekali lagi pandangan  ke arah pintu masuk paling kanan, tertulis "Ar-Roudhatul Jannah".
MasyaAllah...!

Secara tiba2 terlintas di jiwa dan benak saya, "engkau akan selalu memiliki hati yang bersih dan selamat bersama para wanita soleh yang kamu cintai di sepanjang perjalanan hidupmu, lalu Allah akan mempersilahkan kamu dengan suka cita untuk hidup di dalam taman surga-Nya".
Amboi...!

Setelah berada di dalam ruang masjid An-Nizham yang terasa sejuk karena aliran angin sepoi2 melintas bebas disitu, dari tempat saya duduk bersila pertama-tama kutatap mihrab dan mimbar khatib. Itulah salah satu simbol dakwah agama mulia ummat. Lalu saya arahkan tatapan ke kanan dan ke kiri, tertangkap oleh lensa pandangan mata saya: masing2 ada 5 (lima) pintu simetris di bagian dinding sisi kanan-kiri ruangan masjid. Jadi masjid jami' An-Nizham ini punya 13 pintu masuk yang secara teknik arsitektur berfungsi penuh sebagai ventilasi aliran udara, selain ia tentu terlebih dahulu membawa nilai-nilai artistik dan estetik bagi para jamaah yang mencermatinya.

Dari jarak pandang sekitar 20 meteran, masih terbaca oleh saya nama2 pintu masjid itu, yang entah siapa 'ahlul ism'-nya. Antara lain, al-inayah, al-ishlah, ar-ruhama, al-falah...
Indah dan selalu memberi pengaruh dan getaran jiwa ketika membacanya. Maha Suci Sang Pencipta kata bertuah!

Menit-menit selanjutnya saya fokus mendengarkan khotib berceramah. Topiknya lumayan menarik, dan menambah pengetahuan dan wawasan bagi diri saya. Dengan suara jernih dan lantangnya, khotib membedah makna "Asy-Syahrul Hurum" (yaitu 4 bulan mulia dan haram untuk berperang dalam kalender Hijriah).
Tengkiu Om Khotib, jazakumullahu khairan jazaan hasanah...

Sesungguhnya khatib telah menambah dan atau mengkokohkan ilmu bagi para jamaah yang hi berani melawan kantuk untuk tekun mendengar. Harap dipegang kuat wahyu suci ini wahai hamba-hamba yang bertauhid: "jangan kalian sekali -sekali berperang di bulan dzulqo'dah, dzulhijah, muharram dan rajab, lalu fahamilah sunnah rasul kalian akan keutamaan beramal soleh di bulan2 itu!".
Once again, tengkiu Om Khotib.
Semoga tajam lisanmu karena kebersihan hatimu yang terasa telah menggores jiwa dan menoreh akalku ini Allah Swt ganjar dengan pahala terbaik.

Hamparan karpet dan dinding ruangan serta seluruh tiga belas pintu masjid An-Nizham insyaAllah turut menjadi saksi atas amal dakwahmu.

Dari sekian lintasan suara lantangmu dari mimbar masjid di hari terbaik bagi kita tadi, wahai ustadz...
hanya satu hal yang terus terang aku tak bersetuju. Yaitu ketika setelah engkau berwasiat 'walaa rafatsa, walla fusuqo, walaa jidalaa' lalu engkau sampaikan "...oleh karena itu setelah ini wahai kaum muslimin jangan lagi di antara kita ada perdebatan untuk boleh/tidak boleh memilih pemimpin negri yang non muslim. Mari kita sami'na wa atho'na pada perintah Qur'an!".

Terima kasih ustadz, tentu ini dari lubuk hatiku untuk semua kalimat yang tadi engkau suarakan melaui mimbar masjid.

But, sorry wahai ustadzku...
Ketahuilah bahwa sesungguhnya ketika engkau tadi menunaikan amanahmu selaku khotib, "rumah Allah" atau "tempat kita bersujud kepadaNya" ini bernama An-Nizham! Hendaknya 'ism indah' masjid ini engkau hayati.
Ketika engkau ingin berpendapat di hadapan banyak ummat dan mengutip dalil ayat, setiap kita adalah wajib terlebih dahulu untuk ber-'nizham'..!
Sesungguhnya, wahai ustadzku... kita semua wajib untuk memahami AQ secara taat azas, secara utuh, secara teratur dan disiplin, sebelum kita berfatwa soal2 politik yg sensitif !


Jakarta, 12 Agustus 2016

 JOSA HERMAN ROZALI



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

QUOTE FOR TODAY

"Tuhan menciptakan bangsa untuk maju melawan kebohongan elit atas, hanya bangsanya sendiri yang mampu merubah nasib negerinya sendiri." “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” [Bung Karno, Pidato HUT Proklamasi, 1964]