Jadi bisa bersilaturahim di ruang kerjanya yang gagah di Senayan hari Sabtu seminggu yang lalu sebutlah sebagai perjumpaan rindu setelah hampir 5 (lima) tahun tak bertemu. Alhamdulillah, senang hati rasanya. Kelangkaan yg lebih karena saya maklum dia niscaya sibuk, dan lagipula kami tetap sesekali menyempatkan diri, disela-sela sempitnya waktu, bersilaturahim lewat WA saja. Bagi saya, silaturahim ini menjadi terasa istimewa juga sebab kami sesungguhnya membincangkan tema2 besar seputar negara, rakyat, umat Islam, hukum, politik dan demokrasi. Lebih dari satu jam, saya bisa menggali isi pikirannya yang paling mutakhir pada tema-tema besar itu secara mudah karena 'entry point'-nya memang sudah ada: kasus konfliknya dengan para tokoh elit PKS itu. Maka mengalirlah dengan lancar diskusi kami dari situ...
Selasa, 03 Mei 2016
Saya ternyata "BERSEBERANGAN" dengan FAHRI HAMZAH
(Sebuah
Catatan Silaturahmi)
Ini
sekedar sebuah cerita ringan. Lebih tertuju kepada kalangan kader PKS, 'wa
bil khusus', kepada para elit PKS yang pada saat ini terkesan sedang
"ngotot" berupaya ingin - konon ini keputusan hasil syuro' ('ijtihadiyah-jama'iyah')
- "merampas" kursi empuk jabatan Wakil Ketua DPR RI yang sampai
dengan hari ini secara faktual dan legal masih diduduki oleh saudara Fahri
Hamzah (FH).
Entah
berapa lama sudah saya tak pernah bersilaturahmi dengan FH, sejak dia sibuk
menjadi wakil rakyat.Seingat saya, pada suatu hari yang saya tak ingat persisnya kapan,
secara tak sengaja kami berjumpa di depan musholla Mal Pacific Place. Waktu
itu, FH sedang berjalan keluar dari musholla seusai sholat maghrib
bersama Andy Rachmat, sedangkan saya baru mau masuk musholla. Itulah terakhir
kali perjumpaan fisik saya dengan FH, sejauh ingatan saya. Barangkali itu
sekitar akhir tahun 2011. Ketika itu, tentu saja kami saling bertegur
sapa, melepas kerinduan selayaknya sesama saudara, berupaya memanfaatkan waktu
berharga pada momen itu.
Masih
saya ingat, tak seberapa lama setelah berjabat tangan dengan santai dan
berkelakar saya mencoba "mengganggu" dia dengan langsung mengajak dia
untuk bicara topik KPK. Soalnya, kebetulan memang pada saat itu salah satu tren
kabar berita politik dalam negeri yang dilansir koran-koran nasional adalah
kontroversi statemen mengejutkan dari dia, sebagai salah seorang kader PKS di
komisi 3 DPR, yang mengusulkan agar KPK dibubarkan saja! Saya memang selalu
ikuti gerak-gerik FH sebagai figur politik publik. Dan, karena selama pergaulan
saya merasa cukup mengenal kualitas isi pikiran dan tindakannya, yang
kontroversial bagi orang2 lain dari ucapan dan tindakannya terkait dengan KPK
itu, bagi diri saya sama sekali tidak! Gagasannya untuk membubarkan KPK itu,
bagi saya sesuatu yang "biasa2 saja". Sebab
memang saya terlebih dahulu sudah faham, kira2 bagaimana otak FH bekerja.Sejak
pertama kali mengenalnya, harus saya akui, FH itu cerdas luar biasa. Dan
kecerdasannya itu - berpadu dengan karakternya yang selalu berani bicara
kritis, spontan, dan "apa adanya" ditambah dengan 'style' ngomongnya
yang kadang suka meletup-letup penuh semangat, sarat metafor - kemudian Allah
pergumulkan dengan nasib beramal di jalur politik, maka jadilah FH seorang
tokoh muda politik yang amat sangat menarik perhatian publik. Sehingga sungguh
saya sama sekali tak heran jika apapun yang wartawan tulis dan 'blow-up'
tentang sepak terjangnya..., itulah kira-kira sikap aslinya. Saya bisa segera faham
kira-kira "apa" yang ada dalam ruang pikirnya, selaku seorang
politisi pejuang bangsa, mengenai soal KPK itu. ImsyaAllah, saya
mampu menangkap inti pikiran kritis FH, saya tau dan faham idealitas apa yang
hendak diperjuangkannya. Pada awal tahun 2005, pada kali pertama FH masuk
ke Senayan, saya sempat bersilaturahim dan berbincang khusus berdua di Hotel
Four Season seusai sholat Jum'at bersama. Seusai ngobrol sambil makan siang yang
mengesankan pada waktu itu, segera saya berguman dalam hati, "pemuda
proklamator KAMMI ini calon tokoh politik besar republik!". Kepada beberapa
kader PKS saya sempat panjang lebar ngomong mengenai "ramalan" itu. Namun belum ada
satupun yang tertarik apalagi percaya.
Jadi bisa bersilaturahim di ruang kerjanya yang gagah di Senayan hari Sabtu seminggu yang lalu sebutlah sebagai perjumpaan rindu setelah hampir 5 (lima) tahun tak bertemu. Alhamdulillah, senang hati rasanya. Kelangkaan yg lebih karena saya maklum dia niscaya sibuk, dan lagipula kami tetap sesekali menyempatkan diri, disela-sela sempitnya waktu, bersilaturahim lewat WA saja. Bagi saya, silaturahim ini menjadi terasa istimewa juga sebab kami sesungguhnya membincangkan tema2 besar seputar negara, rakyat, umat Islam, hukum, politik dan demokrasi. Lebih dari satu jam, saya bisa menggali isi pikirannya yang paling mutakhir pada tema-tema besar itu secara mudah karena 'entry point'-nya memang sudah ada: kasus konfliknya dengan para tokoh elit PKS itu. Maka mengalirlah dengan lancar diskusi kami dari situ...
Jadi bisa bersilaturahim di ruang kerjanya yang gagah di Senayan hari Sabtu seminggu yang lalu sebutlah sebagai perjumpaan rindu setelah hampir 5 (lima) tahun tak bertemu. Alhamdulillah, senang hati rasanya. Kelangkaan yg lebih karena saya maklum dia niscaya sibuk, dan lagipula kami tetap sesekali menyempatkan diri, disela-sela sempitnya waktu, bersilaturahim lewat WA saja. Bagi saya, silaturahim ini menjadi terasa istimewa juga sebab kami sesungguhnya membincangkan tema2 besar seputar negara, rakyat, umat Islam, hukum, politik dan demokrasi. Lebih dari satu jam, saya bisa menggali isi pikirannya yang paling mutakhir pada tema-tema besar itu secara mudah karena 'entry point'-nya memang sudah ada: kasus konfliknya dengan para tokoh elit PKS itu. Maka mengalirlah dengan lancar diskusi kami dari situ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar